Kemarin saya menjalani pengobatan bekam. Ini untuk kedua kalinya. Kali pertama sebulan yang lalu. Setelah berbagai langkah pengobatan saya jalani, berkonsultasi dengan beberapa dokter di rumah sakit dan klinik kesehatan, keluar masuk laboratorium kesehatan, hingga pengobatan tradisional menggunakan berbagai ramuan dari kampung halaman, tidak juga kunjung sembuh.
Saya mengalami batuk hebat sejak sekitar Februari 2006 hingga Februari 2007. Akhir tahun 2006, setelah melihat pemeriksaan laboratorium untuk mengecek darah, paru-paru dan dahak, dokter menyimpulkan saya mengalami alergi udara. Kemungkinan pula saya tidak kuat terhadap AC di ruang kerja. Cara terbaik untuk sembuh, katanya, saya memang harus menghindari sumber penyebabnya. Itu artinya saya harus berhenti bekerja di Jakarta, karena udaranya memang membuat saya sesak dada saat berangkat atau pulang kerja. Saya belum siap untuk itu saat ini. Tapi saya juga ingin mengakhiri penderitaan ini. Bayangkan, satu tahun saya mengalami batuk hebat, mengganggu ketenangan dan kenyamanan teman-teman di tempat kerja, keluarga, dan orang-orang sekeliling, serta rasa tidak enak pada tubuh saya sendiri.
Sebulan lalu, saya putuskan untuk menjalani bekam. Putusan ini saya ambil setelah mendengar pengalaman dari seorang teman yang sudah biasa menjalani kalau dia sakit. Pengobatan alternatif ini berupa membuang darah kotor yang di dalamnya terkandung racun berbahaya dari dalam tubuh. Prosesnya melalui kulit.
Seperti halnya pengobatan akupunktur, bekam pun mengenal titik-titik pada tubuh yang menjadi tempat bekam. Setelah mendengarkan keluhan dari si sakit serta menganalisanya, ahli bekam akan mem-bekam bagian itu dengan alat cupping set dan hand pump. Cupping set, kop atau cantuk untuk menghisap udara dengan menempelkannya di bagian kulit, lalu disedot menggunakan hand pump. Rasanya kulit dan daging dibawahnya ditarik dan tersedot berat oleh alat itu. Setelah berlangsung sekitar 5 menit, lalu muncul bekasnya berbentuk lingkaran berwarna merah kecoklatan pada kulit. Kemudian bagian itu digoresi dengan pisau bedah beberapa sayatan tipis. Kemudian disedot lagi untuk mengeluarkan darah. Pengeluaran darah pada tubuh saya melalui 6 titik. Ada 5 titik di bagian belakang dan satu titik di bagian dada.
Saya memperhatikan darah yang keluar di dalam cupping set. Merah pekat dan cenderung hitam. Menurut Pak Johari yang membekam saya, darah itu darah kotor yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Cukup banyak juga darah yang keluar. Kalau dikira-kira dari 6 cupping set yang ditempelkan ke kulit saya, barangkali darah yang keluar mencapai satu gelas. Ngeri juga memperhatikannya.
Setelah menjalani bekam itu badan saya terasa ringan. Dada juga tidak begitu berat. Beberapa hari kemudian barulah saya menyadari kalau saya sudah tidak batuk lagi.
Peralatan yang digunakan saat melakukan bekam berupa pisau bedah yang kecil lengkap dengan penjempitnya sehingga tidak langsung bersentuhan dengan tangan. Pisau ini pun masih baru, diambil dari kotak dan bungkusnya seperti halnya jarum akupunktur. Jadi bukan bekas pakai. Ada alkohol untuk membersihkan semua peralatan sebelum dipakai serta membersihkan permukaan kulit yang akan dibekam. Kapas untuk membersihkan darah yang mungkin menetes dan membersihkan cupping set sebelum membekam berikutnya atau setelah disemproti alkohol. Ada Cupping set-nya sendiri yang cukup banyak karena setiap titik bekam menggunakan cupping set satu-satu. Ada pula hand pump yang fungsinya menyedot darah dari kulit melalui cupping set. Lalu ada obat luka yang digunakan untuk mengobati bekas sayatan pada kulit supaya segera menutup dan tidak terinfeksi.
Dalam sejarah pengobatan umat Islam, bekam sendiri merupakan pengobatan yang dianjurkan oleh Nabi dan Rasullullah Muhammad SAW. Beliau menjalani bekam pada saat sakit. Karena itulah, umat Islam banyak menggunakan metode ini untuk berobat. Di Indonesia sendiri, menurut cerita pak Johari, ada beberapa dokter yang juga melakukan pengobatan bekam, meski di dalam ilmu kedokteran masih banyak orang yang belum meyakini metode ini bisa menyembuhkan. Banyak orang mengalami kesembuhan setelah berobat bekam. Banyak pula orang yang mengembangkan keahlian membekam.
Beberapa hari lalu saya mengalami rasa tidak enak badan, dada kembali terasa berat, serta gejala batuk muncul lagi. Karena itu pula, kemarin saya kambali menjalani bekam. Saya percaya pengobatan ini menyembuhkan, tidak hanya karena saya seorang muslim, tetapi karena saya berhasil membuktikannya.
Saya mengalami batuk hebat sejak sekitar Februari 2006 hingga Februari 2007. Akhir tahun 2006, setelah melihat pemeriksaan laboratorium untuk mengecek darah, paru-paru dan dahak, dokter menyimpulkan saya mengalami alergi udara. Kemungkinan pula saya tidak kuat terhadap AC di ruang kerja. Cara terbaik untuk sembuh, katanya, saya memang harus menghindari sumber penyebabnya. Itu artinya saya harus berhenti bekerja di Jakarta, karena udaranya memang membuat saya sesak dada saat berangkat atau pulang kerja. Saya belum siap untuk itu saat ini. Tapi saya juga ingin mengakhiri penderitaan ini. Bayangkan, satu tahun saya mengalami batuk hebat, mengganggu ketenangan dan kenyamanan teman-teman di tempat kerja, keluarga, dan orang-orang sekeliling, serta rasa tidak enak pada tubuh saya sendiri.
Sebulan lalu, saya putuskan untuk menjalani bekam. Putusan ini saya ambil setelah mendengar pengalaman dari seorang teman yang sudah biasa menjalani kalau dia sakit. Pengobatan alternatif ini berupa membuang darah kotor yang di dalamnya terkandung racun berbahaya dari dalam tubuh. Prosesnya melalui kulit.
Seperti halnya pengobatan akupunktur, bekam pun mengenal titik-titik pada tubuh yang menjadi tempat bekam. Setelah mendengarkan keluhan dari si sakit serta menganalisanya, ahli bekam akan mem-bekam bagian itu dengan alat cupping set dan hand pump. Cupping set, kop atau cantuk untuk menghisap udara dengan menempelkannya di bagian kulit, lalu disedot menggunakan hand pump. Rasanya kulit dan daging dibawahnya ditarik dan tersedot berat oleh alat itu. Setelah berlangsung sekitar 5 menit, lalu muncul bekasnya berbentuk lingkaran berwarna merah kecoklatan pada kulit. Kemudian bagian itu digoresi dengan pisau bedah beberapa sayatan tipis. Kemudian disedot lagi untuk mengeluarkan darah. Pengeluaran darah pada tubuh saya melalui 6 titik. Ada 5 titik di bagian belakang dan satu titik di bagian dada.
Saya memperhatikan darah yang keluar di dalam cupping set. Merah pekat dan cenderung hitam. Menurut Pak Johari yang membekam saya, darah itu darah kotor yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Cukup banyak juga darah yang keluar. Kalau dikira-kira dari 6 cupping set yang ditempelkan ke kulit saya, barangkali darah yang keluar mencapai satu gelas. Ngeri juga memperhatikannya.
Setelah menjalani bekam itu badan saya terasa ringan. Dada juga tidak begitu berat. Beberapa hari kemudian barulah saya menyadari kalau saya sudah tidak batuk lagi.
Peralatan yang digunakan saat melakukan bekam berupa pisau bedah yang kecil lengkap dengan penjempitnya sehingga tidak langsung bersentuhan dengan tangan. Pisau ini pun masih baru, diambil dari kotak dan bungkusnya seperti halnya jarum akupunktur. Jadi bukan bekas pakai. Ada alkohol untuk membersihkan semua peralatan sebelum dipakai serta membersihkan permukaan kulit yang akan dibekam. Kapas untuk membersihkan darah yang mungkin menetes dan membersihkan cupping set sebelum membekam berikutnya atau setelah disemproti alkohol. Ada Cupping set-nya sendiri yang cukup banyak karena setiap titik bekam menggunakan cupping set satu-satu. Ada pula hand pump yang fungsinya menyedot darah dari kulit melalui cupping set. Lalu ada obat luka yang digunakan untuk mengobati bekas sayatan pada kulit supaya segera menutup dan tidak terinfeksi.
Dalam sejarah pengobatan umat Islam, bekam sendiri merupakan pengobatan yang dianjurkan oleh Nabi dan Rasullullah Muhammad SAW. Beliau menjalani bekam pada saat sakit. Karena itulah, umat Islam banyak menggunakan metode ini untuk berobat. Di Indonesia sendiri, menurut cerita pak Johari, ada beberapa dokter yang juga melakukan pengobatan bekam, meski di dalam ilmu kedokteran masih banyak orang yang belum meyakini metode ini bisa menyembuhkan. Banyak orang mengalami kesembuhan setelah berobat bekam. Banyak pula orang yang mengembangkan keahlian membekam.
Beberapa hari lalu saya mengalami rasa tidak enak badan, dada kembali terasa berat, serta gejala batuk muncul lagi. Karena itu pula, kemarin saya kambali menjalani bekam. Saya percaya pengobatan ini menyembuhkan, tidak hanya karena saya seorang muslim, tetapi karena saya berhasil membuktikannya.