Pesantren Tebuireng bekerjasama dengan Ma’had Aly Al-Mahfudz Seblak dan Kementerian Agama RI mengadakan Semiloka yang bertajuk “Problematika Arah Kiblat & Waktu Sholat, Urgensi dan Sosialisasi”. Acara dilaksanakan dari tanggal 12-14 Juli 2010. Peserta yang hadir hampir dari seluruh Indonesia; Aceh, Jambi, Makassar, Madura, Jayapura Papua dan beberapa daerah lainnya. Mereka adalah para dosen, pengurus pondok, pengurus NU, dewan masjid, santri, dan mahasiswa. Hadir dalam acara pembukaan KH. Salahuddin Wahid (Pengasuh Pesantren Tebuireng) dan Dr. H. Amin Haedari (Kepala Badan dan Litbang Kemenag RI).
Sebagaimana diketahui akhir-akhir ini berhembus kabar bahwa arah kiblat mengalami pergeseran akibat gempa yang sering terjadi di Indonesia. Diantara hasil dari diskusi para ahli dan peserta disimpulkan bahwa gempa tidak mengakibatkan bergesernya arah kiblat.
Gempa tidak akan berpengaruh pada posisi ka’bah dan arah kiblat masjid di Indonesia, walau ada pergeseran lempeng bumi yang tiap tahun diperkirakan sebesar 7 cm. Pergeseran lempeng bumi akan berpengaruh terhadap arah kiblat apabila pergeseran itu sudah berlangsung ribuan tahun.
Sebagai gambaran, pergeseran sebesar 0 derajat 0 menit 0.1 detik = 35 cm, Artinya apabila bergeser 7 cm/tahun tidak berpengaruh. Dan bahkan apabila terjadi pergeseran sejauh 1 km dibutuhkan waktu selama 14.285,7 tahun. Dan itupun hanya ada perubahan 0.5 detik (sangat sulit untuk diukur ), jadi itu juga tidak berpengaruh sama sekali
Para ahli yang datang memberikan materi antara lain;
1. Dr. H. Amin Haedari (Kepala Badan dan Litbang Kemenag RI);
2. Prof. Dr. H. Jamaluddin Mirri, Lc. MA. (Mudir Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng);
3. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.Sc. (Mudir Ma’had ‘Aly Al-Mahfudz Seblak);
4. Dr. Sopa AR, MA. (Majelis Ulama Indonesia);
5. Drs. Muhyiddin Khazin, M.Si. (Badan Hisab Rukyat Kemenag RI);
6. Drs. H. Syamsuddin, M.Ag. (PW Majelis Tarjih Muhammadiyah Jatim);
7. Prof. Dr. Thomas Djamaluddin (LAPAN);
8. Dr. Hakim L. Malasan (Kepala Observatorium Boscha);
9. Dr. Moedji Raharto (Astronomi ITB);
10. Prof. Dr. KH. M. Tolchah Hasan (Mantan Menteri Agama RI.);
11. Drs. KH. A. Musta’in Syafi’i, M.Ag. (Pesantren Tebuireng).
Selain berdiskusi para peserta juga diajak untuk langsung praktek menentukan arah kiblat, melihat terbitnya fajar, dan melihat benda-benda luar angkasa dengan peralatan yang sudah disediakakan panitia.
Sebagaimana diketahui akhir-akhir ini berhembus kabar bahwa arah kiblat mengalami pergeseran akibat gempa yang sering terjadi di Indonesia. Diantara hasil dari diskusi para ahli dan peserta disimpulkan bahwa gempa tidak mengakibatkan bergesernya arah kiblat.
Gempa tidak akan berpengaruh pada posisi ka’bah dan arah kiblat masjid di Indonesia, walau ada pergeseran lempeng bumi yang tiap tahun diperkirakan sebesar 7 cm. Pergeseran lempeng bumi akan berpengaruh terhadap arah kiblat apabila pergeseran itu sudah berlangsung ribuan tahun.
Sebagai gambaran, pergeseran sebesar 0 derajat 0 menit 0.1 detik = 35 cm, Artinya apabila bergeser 7 cm/tahun tidak berpengaruh. Dan bahkan apabila terjadi pergeseran sejauh 1 km dibutuhkan waktu selama 14.285,7 tahun. Dan itupun hanya ada perubahan 0.5 detik (sangat sulit untuk diukur ), jadi itu juga tidak berpengaruh sama sekali
Para ahli yang datang memberikan materi antara lain;
1. Dr. H. Amin Haedari (Kepala Badan dan Litbang Kemenag RI);
2. Prof. Dr. H. Jamaluddin Mirri, Lc. MA. (Mudir Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng);
3. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.Sc. (Mudir Ma’had ‘Aly Al-Mahfudz Seblak);
4. Dr. Sopa AR, MA. (Majelis Ulama Indonesia);
5. Drs. Muhyiddin Khazin, M.Si. (Badan Hisab Rukyat Kemenag RI);
6. Drs. H. Syamsuddin, M.Ag. (PW Majelis Tarjih Muhammadiyah Jatim);
7. Prof. Dr. Thomas Djamaluddin (LAPAN);
8. Dr. Hakim L. Malasan (Kepala Observatorium Boscha);
9. Dr. Moedji Raharto (Astronomi ITB);
10. Prof. Dr. KH. M. Tolchah Hasan (Mantan Menteri Agama RI.);
11. Drs. KH. A. Musta’in Syafi’i, M.Ag. (Pesantren Tebuireng).
Selain berdiskusi para peserta juga diajak untuk langsung praktek menentukan arah kiblat, melihat terbitnya fajar, dan melihat benda-benda luar angkasa dengan peralatan yang sudah disediakakan panitia.