Custom Search

Rabu, 23 Mei 2012

Ribuan Orang Hadiri 100 Hari Wafatnya Gus Dur

Peringatan 100 hari wafatnya KH. Abdurrahman Wahid awalnya akan diadakan secara sederhana, namun demikian pengunjung tetap saja membludak. Panitia hanya menyiapkan akomodasi dan konsumsi seadanya, tapi ternyata tanpa diduga banyak simpatisan yang memberi bantuan. Misalnya seorang kyai “gusdurian” dari Pasuruan yang mengirimkan 7 set sound system yang dipasang di dalam dan luar pondok, sehingga alunan yasin dan tahlil dapat diikuti oleh  masyarakat yang ada di luar pondok dengan khusyu’.

Media televisi JTV dan BBS TV pun juga ikut menyiarkan secara langsung, selain beberapa TV nasional dan media cetak juga meliput acara ini. Bahkan BBS TV juga menyediakan 4 layar lebar bagi pengunjung yang tidak bisa masuk ke dalam pondok.

Demikian juga konsumsi, panitia hanya menyediakan 7 ribu kotak sanck, namun pada hari H, banyak yang menyumbangkan snanck hingga jumlahnya mencapai 15 ribu kotak snack, berasal dari Jombang, Mojokerto, Surabaya dan beberapa kota lainnya.

Sudah menjadi komitmen Pesantren Tebuireng untuk tidak membuat proposal bantuan dana ke pihak manapun untuk acara ini. “Jangan minta dana kemanapun, semua ditanggung oleh keluarga, jangan merepotkan orang lain” wanti-wanti Gus Sholah kepada panitia. Demikian pula tidak satu rupiah pun dana acara ini diambil dari keuangan pondok. Akan tetapi jika ada pihak-pihak yang ingin menyumbang jangan ditolak, seperti terlihat beberapa perusahaan turut membagi-bagikan produk maupun souvenir secara cuma-cuma kepada para pengunjung, asal tidak untuk komersial.

Acara dimulai tepat pukul 19.30 WIB. setelah shalat Isya’. Hadir keluarga besar Gus Dur, Zannubah Arifah Khafshah (mbak Yenny Wahid), Allisa Qatrunnada, Inayah Wulandari, dua adik Gus Dur; Lilik Wahid dan Aisyah Hamid Baidlowi, sementara Ibu Sinta Nuriyah tidak tampak hadir. Hadir pula Dr. KH. Tolchah Hasan yang didaulat memberi mauidhoh hasanah.

KH. Salahuddin Wahid dalam sambutannya mengharap perhatian pemerintah terhadap masalah yang muncul pasca wafatnya Gus Dur. Diantaranya banyaknya peziarah ke Tebuireng, jika sebelumnya setiap hari sekitar 700 peziarah, namun pasca wafatnya Gus Dur peziarah meningkat 2.000 peziarah tiap hari. Bahkan pada hari-hari libur Sabtu dan Minggu bisa mencapai 5.000 peziarah. Dampaknya bermunculan pula PKL di sekitar pondok.

Karena itu, pihak Ponpes memberlakukan peraturan yang bisa tidak menyamankan peziarah. Misalnya pada jam-jam tertentu kompleks ini sengaja ditutup untuk umum. Pukul 04.30 sampai pukul 07.00 peziarah dilarang masuk, karena area Ponpes untuk kegiatan santri. Pukul 19.00–20.00 juga ditutup karena masjid dipakai untuk mengaji para santri. Baru di luar jam itu peziarah bebas masuk lokasi ini.

Untuk menjaga ketenangan santri dalam belajar, parkir yang semula di tempatkan di sekitar Masjid Ulil Albab dipindah ke emplasemen PG. Cukir dan Desa Kwaron, akan tetapi hal ini juga kemacetan dan pemandangan kumuh di depan pondok dan sekitarnya. Untuk itu sebagaimana yang sudah diusulkan oleh Pemda Jombang dan Pemprov Jatim, akan dibangun di belakang pondok. Namun hal itu membutuhkan dana yang sangat besar.

Hal itu pula yang dibantah oleh Gus Sholah, muncul rumor di masyarakat bahwa makam Gus Dur akan direnovasi dengan anggaran 100 milyar. “Kecuali makam Gus Dur dibuat dari emas” guraunya. Jadi anggaran milyaran itu bukan semata untuk makam Gus Dur, akan tetapi untuk infra struktur pembangunan tempat parkir dan jalan menuju ke makam Gus Dur dapat diakses dari beberapa kecamatan di wilayah Jombang.

Sementara Mbak Yenny Wahid mengaku sering bermimpi bertemu dengan Gus Dur berkaitan dengan beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini, “tentang isi mimpinya tidak bisa disampaikan” ujarnya.

KH. Tolchah Hasan yang mengenal Gus Dur sejak beliau mondok di Tebuireng sekitar tahun 1950-an mengatakan ada hal yang tidak bisa ditiru oleh banyak orang “Gus Dur sangat istiqomah membela orang lemah”. Gus Dur orangnya sangat berani, tidak ada seorangpun yang ditakuti oleh Gus Dur, Gus Dur hanya takut kepada Allah. Jika yang ditakuti hanya Allah, maka kita tidak akan takut kepada siapapun, itulah maqom Gus Dur.

Khatmil Qur'an Cetak Rekor MURI

Yang berbeda pada acara peringatan 100 hari wafatnya Gus Dur kali ini adalah lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibaca secara serentak oleh 1.503 para hafadz santri Madrasatul Qur’an Tebuireng dan banyak juga yang datang dari Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Pihak MURI pun memberi apresiasi dengan memberi piagam rekor MURI pembaca Al-Qur’an terbanyak salama ini.

Piagam diserahkan oleh Senior Manager MURI Paulus Pangka  diterima oleh Aisyah Hamid Baidlowi yang kemudian diteruskan kepada KH. Syakir Ridlwan salah seorang pengasuh PP. Madrasatul Qur’an.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jadwal Sholat Indonesia