Hari ini 21 pastur dari beberapa Negara “boyong”. Setelah selama 5 hari mereka “nyantri” di Pesantren Tebuireng. Mereka adalah pastur dan calon pastur dari 10 negara ; Thailand, Vietnam, Myanmar, India, Australia, Singapura, Malaysia, Filiphina, Kamboja, Laos, dan Amerika Serikat. Mereka datang pada Minggu siang, 23 Januari kemarin. Selama di Tebuireng mereka menginap di Gedug KH. M. Yusuf Hasyim lantai 2.
Selesai diterima Gus Sholah di kediamannya, rombongan kemudian berkunjung ke makam Gus Dur. Di kompleks makam tersebut, para rombongan pastur tersebut tak segan-segan untuk duduk bareng dengan ratusan peziarah yang sedang berdoa layaknya warga Nahdliyin yang sedang berziarah. Mereka juga berbaur dengan santri selama di Tebuireng. Usai berziarah mereka diajak berkeliling di lingkungan pesantren.
Selama di Tebuireng mereka akan belajar tentang perempuan dalam kebudayaan Islam, Javanisasi, dan pesantren. Selain itu mereka juga diajak berkunjung ke beberapa tempat. Di antaranya Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno, Klenteng Jombang, Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Ploso, serta Museum Majapahit di Mojokerto.
Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) menyambut baik atas kedatangan ke 21 pastur tersebut. “Saya justru senang dengan program mereka untuk belajar di pesantren ini. Selain itu, wacana tentang kerukunan antarumat beragama agar bisa berkembang di masyarakat,” kata Gus Sholah.
Jum’at pagi seusai para santri ro’an di lingkungan wisma masing-masing diadakan upacara pelepasan. Ada yang unik dari acara pelepasan ini, semua pastur mendapat kenang-kengan sarung yang langsung dipakaikan saat itu juga. Bahkan beberapa di antaranya masih memakai sarung ketika diantar menuju ke stasiun Jombang. Di antara mereka akan langsung pulang ke negaranya dan lainnya akan melanjutkan studinya di Jogjakarta dan Jakarta.
Selesai diterima Gus Sholah di kediamannya, rombongan kemudian berkunjung ke makam Gus Dur. Di kompleks makam tersebut, para rombongan pastur tersebut tak segan-segan untuk duduk bareng dengan ratusan peziarah yang sedang berdoa layaknya warga Nahdliyin yang sedang berziarah. Mereka juga berbaur dengan santri selama di Tebuireng. Usai berziarah mereka diajak berkeliling di lingkungan pesantren.
Selama di Tebuireng mereka akan belajar tentang perempuan dalam kebudayaan Islam, Javanisasi, dan pesantren. Selain itu mereka juga diajak berkunjung ke beberapa tempat. Di antaranya Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno, Klenteng Jombang, Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Ploso, serta Museum Majapahit di Mojokerto.
Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) menyambut baik atas kedatangan ke 21 pastur tersebut. “Saya justru senang dengan program mereka untuk belajar di pesantren ini. Selain itu, wacana tentang kerukunan antarumat beragama agar bisa berkembang di masyarakat,” kata Gus Sholah.
Jum’at pagi seusai para santri ro’an di lingkungan wisma masing-masing diadakan upacara pelepasan. Ada yang unik dari acara pelepasan ini, semua pastur mendapat kenang-kengan sarung yang langsung dipakaikan saat itu juga. Bahkan beberapa di antaranya masih memakai sarung ketika diantar menuju ke stasiun Jombang. Di antara mereka akan langsung pulang ke negaranya dan lainnya akan melanjutkan studinya di Jogjakarta dan Jakarta.