Custom Search

Minggu, 08 April 2012

Kebersamaan dalam keanekaragaman

Budaya kebersamaan sangat menyolok dalam jaman Order Baru, hampir diseluruh pelosok bumi kita diwajibkan mengikuti keinginan pimpinan dalam hamper semua kegiatan, dimulai dari yang paling sederhana yaitu seragam sekolah, kegiatan masyarakat perdesaan  symbol/ slogan dicat diatas genteng, pagar halaman dengna warna sama,  idiologi Negara serta wajib penataran Pancasila dan lain-lain yang hampir semua kehidupan menyangkut masyarakat bersama ditanamkan paradigma kebersamaan itu. Nampaknya sangat baik, sehati-sepikir, kompak dalam meraih satu tujuan politis penguasa, dengan semangat kebersamaan membangun kekuatan untuk maraih tujuan.  Kenyataan yang tidak bisa diungkiri bahwa dengan kekuatan kebersamaan memang menampakan hasil yang diinginkan, sehinnga dirasa perlu dibudayakan dalam segala bidang yang memungkinkan untuk dijadikan milik, semangat dan  cara berpikir dalam ber-idiologi, berperilaku dan bertindak.

Konsep kebersamaan, akan memudahkan seorang pemimpin dalam menjalankan visi / tujuan , karena disitu akan mudah dipilah mana yang sepaham dan mana yang tidak sepaham. Kebiasaan yang menganut kebersamaan akan menyingkirkan yang berbeda atau dikucilkan dalam komunitas, sehingga hambatan akan terhindari, minimal mengurangi hambatan. Dalam menjalankan roda operational lebih pada otoriter, sehingga pemaksaan kehendak akan lebih berperan. Setiap yang berseberangan pendapat, akan dianggap pengkhianat yang harus disingkirkan melalui jalur hukum,  jika itu berada dalam lingkunagn berpolitik dan dianggap pengacau yang harus dikucilkan jika dalam komunitas karena tidak sepaham.

Fenomena dalam kebersamaan dalam meraih hasil bisa kita lihat dalam organisasi, perusahaan maupun bernegara bahkan dalam lingkup keluarga akan Nampak jelas hasil yang diinginkan. Apa yang menjadi tujuan akan diraih mudah tanpa memperhitungkan nasib, perasaan seseorang dalam mendukung program kerjanya atau taat peraturan main yang dijalankan. Hampir kompromis tidak mendapat porsi selayakya.

Ciri-ciri kebersamaan :

   1. Pemegang kekuatan sangat dominan.

Penganut sistim kebersamaan, mudah terbaca dengan pemimpinnya begitu kuat dalam segala hal, beda pendapat sulit dipersatukan, orang demikian selalu akan dianggap bersebrangan dengan pemimpin, akibatnya penyingkiran atau dikucilkan akan terjadi bagi mereka yang beda pendapat.

   2. Tujuan / visi sangat jelas.

Dalam meraih tujuan atau visi, sistim kebersamaan akan lebih mudah diraih, karena tidak ada alternative lain berhasil atau gagal total menjadi prinsip kerja kebersamaan.

   3. Disiplin kerja sangat ketat.

Kedisiplinan kerja sangat tonjol, karena semua diukur dengan tepat waktu, tanpa kompromis. Bagi yang melanggar aturan, pasti dikenakan ganjaran setimpal dengan pelanggarannya.

    4. Kompromis hampir tidak ada.

Kompromis dalam kebersamaan hampir tidak ada ruangnya, semua akan dinilai taat atau murtad, sebagai kesetiaan terhadap pemimpin, idiologi atau sumpah setianya.

   5. Suasana kerja tegang.

Ketegangan hampir terjadi dalam setiap bidang, saling mencurigai satu dan lainnya sungguh dirasakan setiap orang.

   6. Tertutup

Tertutup karena tidak setiap orang boleh memahami kebijaksanaan yang diambil, rapat-rapat rahasia sering dilakukan, dengan maksud tidak terjadi pemboikotan oleh yang tidak sepaham. Bahkan dalam satu team pun sering terjadi saling mencurigai, khususnya dalam menyimpan rahasia.

   7. Hubungan individu, penuh rahasia.

Hubungan individu sering membuat team kurang kompak, masing-masing memegang rahasia sendiri yang sulit untuk dipahami orang lain. Kadang dari tampang luar kelihatan sangat ramah, namun dalam keramahan ada tujuan yang akan diarih !

Keuntungan mengikuti teori kebersamaan :
   1. Visi akan lebih jelas
   2. Pemacuan semangat kerja cukup signifikan
   3. Keberhasilan lebih mudah diraih

Kelemahan   teori kebersamaan :

   1. Mudah terjadi pemberontakan terhadap pemimpin, karena kesetiaan terhadap pemimpin hanya lahirah, bukan kesetiaan yang tulus. Sehingga ada kesempatan untuk berontak ia akan memberontak.

   2. Keinginan hati dan sikap sering berlawanan, perilaku ini sangat menonjol, karena semuanya dilakukan hanya keterpaksaan untuk memenuhi kebutuhan semata-mata. Melakukan hanya sebatas menjalankan tugas, sikap monoton sangat kental.

   3. Melakukan tidak tulus, karena terpaksa. Karena tidak sesuai dengan keinginan hati, maka sikapun ditunjukan asal-asalan saja, asal bapak senang ! prestasi yang menonjol hampir tidak ada.

   4. Idea bagus  selalu terlewatan, hampir tidak ada inovasi baru. Akibat kebersamaan, hampir idea bagus terkubur, kesempatan banyak terlewatkan karena tidak ada ruang gerak yang mendukung.

   5. Kehilangan tenaga potensi, karena individu hanya bertahan  disebabkan  belum mendapatkan kesempatan, jika kesempatan ada, pasti ia akan meloncat.

   6. Kreativitas, terpacung. Kebersamaan biasanya sulit menerima perubahan, karena lebih aman jika kondisi yang ada dipertahankan. Karena perubahan merupakan suatu pekerjan yang merepotkan, dan menghilangkan budya yang sudah tertanam baik.

   7. Perubahan adalah ancaman, karena perubahan adalah ketidakpastian. Maka perubahan dirasakan suatu ancaman bagi yang telah drasakan baik. Lebih rasa aman bertahan dalam kondisi yang sudah nyaman.

Kesimpulan dampak dari kebersamaan

   1. Membentuk budaya yang kuat dan sangat sensitive terhadap keragaman, bisa dilihat dalam dunia organisasi maupun dalam dunia politik, selalu yang berseberangan akan dianggap musuh yang berbahaya, sehingga harus disingkirkan, bahkan bisa menggunakan cara yang sangat diluar kemanusiaan.

   2. Psikologis bagi kebersamaan, adalah sangat mendambakan kebebasan, begitu kebebasan diberikan, maka meluap menjadi-jadi. Contoh yang sangat mudah yaitu baju seragam. Begitu ada peraturan yang membebaskan berpakaian seragam sehari saja, maka kesempatan ini digunakan semaksimal mungkin dengan pakaian yang dirasakan terbagus untuk dikenakan. Kebanggaan akan terasa begitu menyenangkan. Berakhirnya Order Baru, membangkitkan demokrasi yang menjadi-jadi diseluruh bumi Indonesia, menunjukansuatu luapan kebebasan yang terbelenggu selama 30 an tahun lamanya.

   3. Dunia pendidikan, karena Unas sebagai penentu satu-satunya, berdampak pada kemajuan dunia pendidikan terhambat, demokrasi pendidikan tidak pernah terjadi. Karena semua harus diatur oleh pusat dan menghadapi unas. Sekaligus penentu kelulusan. Bagi daerah atau sekolah yang ingin maju dan mereformasikan pendidikan yang berkualitas terhambat, hanya dibuat alasan biaya mahal, kesenjangan pendidikan akan terjadi. Apakah perkembangan pendidikan harus menunggu hingga seluruh penduduk Indonesia memiliki tingkatan yang sama, kemampuan yang sama, ekonomi yang sama dan sumber daya manusia yang sama kualitasnya barulah menanjak bersama-sama ? Tidak ada jalan yang lebih baikah bagi pemerintah mengatur yang kurang dalam segalanya untuk dibantu tersendiri ( anggaran pendidikan sebesar 20%, kenapa tidak dialokasikan sebagai  prioritas bagi daerah ketinggalan ? ), tanpa harus menghambat yang ingin maju lebih dulu. Apakah salah orang yang mau maju harus menanti yang ketinggalan hingga dimampukan ?

   4. Budaya kebersamaan, membuka peluang orang pintar / cendekiawan lari  dan mencari nafkah diluar negeri, karena mereka belajar dengan biaya mahal di negeri orang, kembali di negeri sendiri tidak diakui. Contoh dokter lulusan luar negeri, sulit bahkan tidak mendapatkan ijin praktek di negeri sendiri. Apa yang terjadi banyak pasien Indonesia yang berobat keluar negeri ( Singapaore, Amerika dan Australia dan banyak dinegara lain ), ujung-ujung nya bertemu  dokter-dokter Indonesia yang praktek di LN.

   5. Budaya kebersamaan menutup peluang bagi yang kreatif dan inovatif. China Negara yang paling baik dibuat contoh, saat dibawah pemerintahan Mao Zte Tong, kebersamaan sangat kuat, melanggar sedikit saja sudah harus menghadapi kematian, China adalah negeri miskin yang memiliki hutang pada uni Soviat pada saat itu. Setelah perubahan , kekuasaan pindah ke tangan Teng Xiao Ping, pintu kebebasan dibuka, perkembangan selama 30 tahun China merupakan Negara yang memiliki cadangan devisa terbesar, memiliki kemampuan ekonomi yang luar biasa.

   6. Indonesia sudah memasuki alam demokrasi 20 tahun lamanya, bisakah kita bayangkan budaya kebersamaan masih tertanam kuat didalam pejabat petinggi kita ?  Tokoh-tokoh politik kita ? Paradigma dan  perilaku pemimpin-pemimpin kita dalam pemerintahan maupun organisasi social ataupun dunia usaha maupun dunia pendidikan. Peraturan-peraturan yang berlaku masih berbau kebersamaan. Misalnya budaya karier ( sulit menerima orang luar ), Kelulusan dan angkatan  akan menjadi syarat utama. Jika terjadi penyimpangan, akan terjadi ketidak nyamanan hati yang berpengaruh pada kualitas kerja. Dalam dunia pendidikan sumber daya manusia kita sangat sulit untuk diajak maju, karena dari awal dididik bahwa  siswa sebagai object belajar, kemudian diubah dengan metode siswa sebagai subject belajar ( KTSP ), itupun merupakan suatu pekerjaan yang sulit. Bukankah mereka sudah dilatih dan  lulus kwalifikasi. Apa hasilnya ? Karena masih sulit untuk mau merubah kebudayaan yang sudah diterima. Dalam dirinya tertanam konsep yang sudah kuat, sehingga apapun yang dirasakan baik, masih sulit untuk diterimanya.

   7. Keberhasilan dalam meraih tujuan, memang diakui, namun keberhasilan itu tidak sebanding dengan korban yang ditanggung oleh begitu banyak orang, bahkan jika dicermati, untuk mengawali perbaikan sejak memasuki alam demokrasi sudah berjalan 20 tahun, belum menampakan hasil yang signifikan. Demokrasi kita masih ditunggangi oleh mereka yang bertahan dalam kebersamaan, namun mengatasnamakan demokrasi. Betapa rendahnya nilai demonstrasi memperjuangan demokrasi dengan money politis, hanya karena kurang bisa menerima keaneka ragaman yang jujur.

   8. Pemberantasan Markus yang terjadi di Negara tercinta, begitu sulitnya seseorang mau keluar dari perbedaan. Seandainya seorang pejabat X terlepas  ada kesalahan atau sakit hati, ia mau membongkar kebobrokan yang terjadi di institusinya, itupun ia harus dikucilkan dipojokan oleh komunitas di institusinya, dianggap pengkhianat, dianggap manusia murtad, tidak menghargai institusi. Sebenarnya bukan tidak menghargai institusi, bukan rahasia lagi semua tahu bahwa ia dianggap tidak menghargai lagi teman-teman di korps-nya yang memiliki kebersamaan ( sama-sama korupsi ). Kadang bisa dianggap manusia aneh didalam komunitasnya. Kebersamaan sudah menjadi budaya kelompok, bukan lagi hanya  budaya pribadi.

   9. Kebersamaan tidak memicu semangat kerja, yang terjadi sangat pasif, menunggu perintah, mengerjakan rutinitas, tidak mau repot-repot. Karena tidak ada yang menarik, semua diperlakukan sama. Perasaan ini sudah pasti mematikan kreatif dan innovative.

  10. Hubungan keluarga, orang tua yang suka memaksakan kehendak pada anaknya, khususnya dalam melarang atau memaksakan anaknya memilih jurusan sekolah yang sesuai selera,   mencari jodoh sesuai keinginan termasuk pemaksaan mengikuti budaya turun temurun. Hampir tidak pernah dipikiran kebahagiaan, keinginan yang menurut ukuran anaknya adalah sepadan. Segala sesuatu diukur dari pemikiran sendiri. Bahkan berbagai ancaman yang membuat anak tidak berdaya untuk melawan. Tidak heran banyak anak muda yang nekad melakukan sesuatu yang kurang terpuji, demi mencari kebebasan dalam memenuhi keinginan sendiri ( nikah lari, hamil diuar nikah, depressi berat bahkan bunuh diri ).

Jika boleh dilukiskan emosi seseorang yang berada dalam kebersamaan, bisa anda renungkan saat anda berada di tengah-tengah padang pasir yang luas, tanpa melihat sebatang pohon atau rumput yang tmbuh. Perasaan apa yang terjadi ? Yang pasti berbagai perasaan akan terjadi adalah sedih,  kesepian, perasaan kosong, membosankan, tertekan yang terakumulasi dengan despressi berat. Keinginan berontak untuk lepas dari kondisi sangat kuat. Begitu ada kesempatan / pengharapan, seperti melihat adanya sumber air dipadang pasir yang luas, maka luapan perasaan untuk bisa berubah itu akan menjadi-jadi, seperti burung lepas dari sangkarnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jadwal Sholat Indonesia