Custom Search

Minggu, 29 April 2012

khutbah keutamaan puasa

Ma’syiral Muslimin Rahimakumullah
Ibadah puasa memiliki keutamaan yang banyak. Ini menunjukkan bahwa ibadah puasa adalah salah satu ibadah yang sangat penting dalam ajaran Islam.
Di antara keutamaan puasa sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi a adalah sebagai berikut:

Pertama, Allah mengkhususkan ibadah puasa untuk Diri-Nya.
Abu Hurairah y meriwayatkan dari Nabi a, bahwasanya beliau a bersabda,
“Setiap amal anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, itu untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena Aku.” (HR. Bukhari Muslim)
Hal ini menunjukkan kemuliaan ibadah puasa di sisi Allah, serta kecintaan Allah terhadap ibadah puasa. Karena ibadah puasa merupakan rahasia antara hamba dengan Allah, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.
Sungguh sangat mungkin bagi hamba yang puasa untuk makan dan minum, karena tidak ada orang yang mengetahuinya. Tetapi hal itu tidak dilakukannya. Sebab dia yakin bahwa Allah pasti mengetahuinya, meskipun ia sendirian. Oleh sebab itu ia meninggalkannya, ikhlas semata-mata karena Allah. Sebab ia takut siksa Allah dan mengharap pahala-Nya. Karena keikhlasannya dalam ibadah puasa itulah, sehingga Allah memberinya pahala, dan mengkhususkan puasa untuk Diri-Nya, di antara ibadah-ibadah lainnya. Dan kekhususan pahala puasa ini akan benar-benar tampak dan dinikmati oleh orang yang berpuasa, terutama kelak pada Kiamat. Ia akan mendapat balasan dan pahala yang besar dari Allah Ta’ala.

Kedua, puasa adalah benteng dari perbuatan dosa dan benteng dari Neraka.
Dari Abu Hurairah y, Rasulullah a bersabda,
“Sesungguhnya puasa adalah benteng. Maka (ketika berpuasa) jangan berkata kotor dan berbuat bodoh. Jika ada seseorang yang mengajaknya bertengkar atau mencelanya, maka hendaknya ia berkata, ‘Sesungguhnya aku puasa’, dua kali.” (HR. Bukhari).
Puasa adalah komitmen kita untuk menahan diri dari sesuatu yang hukum asalnya halal, seperti makan, minum dan hubungan suami isteri, karena semata-mata mentaati Allah. Maka menjadi sesuatu yang sangat wajar, bila dalam puasa kita harus lebih mampu menahan diri dari sesuatu yang memang hukum asalnya haram. Seperti berkata kotor, bertindak bodoh, bertengkar dan bentuk-bentuk dosa lainnya. Dengan demikian puasa akan menjadi benteng kita dari perbuatan dosa.
Apabila puasa betul-betul sudah berfungsi sebagai pengendali dan benteng dari dosa, itu artinya ia menjadi orang yang taat kepada Allah. Dan orang yang taat kepada Allah, maka ia akan diberi benteng dan perlindungan dari api Neraka. Rasulullah a bersabda,
“Puasa adalah benteng dari Neraka, sebagaimana benteng salah seorang kalian dalam peperangan.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah shahih)

Ketiga, pahala puasa tidak terbatas dengan ukuran dan kelipatan tertentu, tetapi Allah memberinya pahala dengan tanpa batas.
Rasulullah a bersabda,
“Setiap amal anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, itu untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena Aku.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadis ini ditegaskan bahwa satu kebaikan itu dilipatkan balasannya menjadi 10 hingga 700 kali lipat. Kecuali puasa, jumlah dan kelipatan pahalanya dirahasiakan Allah. Hal yang menunjukkan besarnya pahala puasa dan bahwa Allah membalas ibadah puasa dengan tanpa batas dan perhitungan.

Keempat, puasa akan memberi syafa’at kepada pelakunya.
Rasulullah a bersabda,
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaa’at kepada hamba. Puasa berkata, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya ia aku tahan dari makanan dan syahwat pada siang hari, maka jadikanlah aku sebagai syafa’at baginya.’ Dan Al-Qur’an berkata, ‘Aku tahan dia tidur pada malam hari (karena membaca Al-Qur’an).’ Maka keduanya pun memberi syafa’at.” (Al-Mustadrak Alash Shahihain, 1/740)
Maka sungguh berbahagia orang yang puasa, dan puasanya diterima oleh Allah Ta’ala. Karena ibadah puasanya akan menjadi syafa’at dan penolong dirinya dari siksa Allah Ta’ala. Yaitu kelak pada hari di mana harta dan anak-anak tidak lagi berguna. Pada hari itu semua orang sibuk dengan dirinya sendiri, untuk mendapatkan naungan dan perlindungan dari siksa Allah Ta’ala.

Kelima, bau mulut orang yang berpuasa dalam pandangan Allah lebih wangi dari minyak kesturi.
Dari Abu Hurairah y, Rasulullah a bersabda,
“Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa, lebih baik di sisi Allah daripada wangi minyak kesturi. Ia meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena Aku (Allah).” (HR. Bukhari, 2/670)
Berubahnya bau mulut karena perut kosong dari makanan adalah bau yang tidak disukai oleh semua orang. Tetapi dalam pandangan Allah, ia lebih harum dan lebih wangi dari minyak kesturi.
Pada kelanjutan hadis, disebutkan alasannya, yakni semua itu dilakukan karena semata-mata ibadah dan ketaatan kepada Allah. Ia tidak malu dengan bau mulutnya, karena lebih mendahulukan ketaatan kepada Allah. Dan setiap perbuatan yang motivasinya adalah ibadah dan taat kepada Allah, maka ia akan dicintai Allah dan diganti dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih utama.
Demikian pula halnya dengan orang yang berperang, jihad di jalan Allah. Ia berperang untuk meninggikan kalimat Allah. Maka nanti pada hari Kiamat ia akan dibangkitkan dalam keadaan terluka penuh darah akibat perang. Warnanya warna darah, namun baunya harum seperti minyak kesturi.
Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang yang haji. Allah membangga-banggakan orang-orang haji yang sedang berada di Arafah kepada para malaikat dengan berfirman,
“Lihatlah kepada para hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan kusut dan berdebu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Hibban dari Abu Hurairah y).
Padahal secara fisik, orang-orang haji yang sedang berada di Arafah tersebut dalam keadaan kusut masai dan penuh debu. Tetapi keadaan tersebut dicintai Allah, sebab ia merupakan manifestasi dari ketaatan kepada Allah. Mereka meninggalkan hal-hal yang dilarang dalam ihram, serta meninggalkan kemewahan dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka mereka dicintai dan dibanggakan oleh Allah.

Keenam, orang yang puasa memiliki dua kegembiraan; gembira saat berbuka dan gembira saat bertemu dengan Rabbnya.
Dari Abu Hurairah y. Rasulullah a bersabda,
“Orang yang berpuasa punya dua kegembiraan. Dia bergembira ketika berbuka, dan bergembira ketika bertemu dengan Rabbnya karena membawa puasa.” (HR. Bukhari).
Orang yang berpuasa gembira saat berbuka, karena dua hal. Pertama, dia bergembira karena mendapatkan nikmat mampu menjalankan ibadah puasa, di mana puasa adalah salah satu ibadah yang paling utama.
Kedua, dia bergembira karena dihalalkan kembali makanan dan minuman yang sebelumnya diharamkan waktu berpuasa. Ia bisa makan, sehingga laparnya hilang. Dan bisa minum, sehingga hausnya sirna.
Orang yang berpuasa juga gembira saat bertemu dengan Rabbnya. Sebab ia mendapatkan pahala yang sempurna bahkan tak terbatas, pada saat ia sangat membutuhkannya.

Ketujuh, orang yang puasa akan masuk Surga melalui pintu Ar-Rayyan.
Rasulullah a bersabda,
“Sesungguhnya di Surga ada pintu yang namanya Ar-Rayyan. Yang (masuk Surga) melalui pintu ini, pada hari Kiamat adalah orang-orang yang puasa. Tidak ada seorang pun yang masuk Surga melalui pintu itu selain mereka. Dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Lalu mereka bangkit. Tidak seorang pun yang masuk (Surga) melaluinya kecuali mereka. Bila mereka telah masuk, pintu itu ditutup, dan tidak seorang pun masuk melaluinya.” (HR. Bukhari)
Sungguh merupakan kehormatan yang agung dari Allah, di mana orang-orang yang berpuasa diberi pintu khusus untuk masuk Surga. Sebuah kekhususan dan keistimewaan yang menunjukkan kemuliaan orang-orang yang berpuasa.

Kaum Muslimin Rahimakumullah
Orang-orang yang dijanjikan dengan keutamaan puasa sebagaimana yang kita uraikan adalah orang-orang yang bersungguh-sungguh menjaga ibadah puasanya.
Karena itu marilah kita melanjutkan tradisi puasa ini, tidak hanya pada bulan Ramadan, yang memang menjadi kewajiban kita. Tetapi marilah kita sambung dengan menjalankan puasa-puasa sunnah yang diteladankan oleh Rasulullah a. Baik itu puasa enam hari di bulan Syawal, puasa Senin Kamis, puasa tiga hari di setiap pertengahan bulan hijrah, puasa Arofah, puasa Asyura dan puasa-puasa sunnah lainnya.
Betapa banyak kisah para Salafush Shalih yang senantiasa menjaga puasanya. Para sahabat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abdullah bin Umar, Abdurrahman bin Auf y dan lainnya adalah para sahabat Rasulullah a yang cinta melakukan puasa-puasa sunnah. Para imam yang empat, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal adalah para ulama yang senang menjalankan puasa sunnah. Imam Nawawi rahimahullah adalah seorang ulama yang senantiasa menjadikan hari-harinya untuk puasa sunnah, kecuali pada hari-hari yang diharamkan. Demikianlah teladan para ulama Salaf kita.

Ma’asyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah
Begitu banyak keutamaan dan keistimewaan yang diberikan Allah kepada orang yang berpuasa. Karena itu wahai saudaraku kaum muslimin yang berbahagia, marilah kita bersungguh-sungguh menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya.
Marilah kita berpuasa dengan memperhatikan tuntunan Rasulullah a, di samping hendaknya kita bersungguh-sungguh untuk hanya ikhlas kepada Allah semata. Dengan demikian mudah-mudahan puasa kita diterima di sisi Allah, dan kita berhak untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan puasa sebagaimana yang dijanjikan Allah.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jadwal Sholat Indonesia